Penyakit parasit cacing merupakan penyakit yang dapat menyebabkan kambing penderita akan mengalami hambatan pertambahan berat tubuh. Akibat dari serangan cacing adalah cacing menyerap sebagian zat makanan yang seharusnya untuk pertambahan berat tubuh, cacing merusak jaringan-jaringan organ ternak kambing dan cacing menyebabkan kambing menjadi kurang nafsu mengkonsumsi makanan. Selain itu, cacing hati menyebabkan kerusakan yang sangat, terutama pada kambing yang masih muda, yang bisa menjadi kurus dan bisa menyebabkan kematian. Selain itu, menurunkan produksi susu dan reproduksi ternak. Kerasnya penyakit yang dipengaruhi oleh banyaknya cacing-cacing dalam saluran empedu dan daya tahan kambing itu sendiri. Kematian merupakan hasil infeksi yang sangat kronis.
Beberapa cacing yang sering menyerang hati dan pembuluh empedu hewan – hewan domestik adalah dari keluarga Fasciolidae, Dicrocoeliidae dan Opisthorchiidae. Spesies – spesiesnya antara lain F. hepatica, F. gigantica, Fascioloides magna. Cionella lubrica, Formica fusca, Metorchis conjunctus dan Amphimerus pseudofelineus.
Mereka memasuki siput, melepaskan silia yang menyelubungi diri dan menjadi sporokist yang memanjang. Dinnik, 1964 menememukan bahwa satu sampai enam generasi pertama redia bisa berkembang dari satu sporokis F. gigantica pada suhu 26O C, sporokist tumbuh dan menjadi masak dalam waktu satu setengah minggu atau lebih, dan memproduksi redia generasi kedua. Redia mengeluarkan serkaria yang belum masak akan berkembang selama 13 hari atau lebih dalam tubuh siput dan kemudian keluar. Serkaria berenang di dalam air untuk waktu yang tidak lebih dari beberapa jam dan kemudian mengkista pada tumbuh-tumbuhan membentuk metaserkaria yang berwarna hampir hitam. Metaserkaria mengkista pada tumbuhan di bawah air seperti di lingkungan tanaman padi. Metaserkaria bisa bertahan sampai empat bulan pada tumbuhan dan demikian infeksi bisa terjadi dengan memakan jerami padi.
Cacing muda masuk tubuh kambing melewati saluran pencernaan, tetapi cacing muda ini berkesempatan masuk ke saluran sirkulasi dan bisa terdistribusika di lokasi yang salah. F. gigantica dewasa mencapai saluran empedu setelah migrasi di parenkim hati, sembilan sampai 12 minggu setelah infeksi. Telur mulai terproduksi sekitar tiga bulan sampai beberapa tahun. Kondisi saluran empedu pada waktu cacing hidup di dalamnya adalah sangat padat dan rapat, sering dengan dinding yang mengkapur dan fungsi normal hati sangat terpengaruhi.
Cangkang tipis, bulat disekeliling dan sangat menggembung, seperti lingkaran terakhir yang terdiri dari 90% volume tubuhnya. Cangkangnya membulat dengan puncak yang melebar dan sangat mencuram. Puncaknya pendek, mengkerucut, dan sangat kecil dibandingkan dengan lingkaran tubuh. Ada 4-5 lingkaran dengan jahitan yang dalam diantara. Lingkarannya cembung, menggembung, halus dan dengan cepat meningkat. Lingkaran tubuh besar dan menyebar. permukaan bersinar, garis-garis pertumbuhan halus dan bergelombang. Warna kulit berwarna kuning atau cokelat.
Cangkang dari spesies ini bisa tumbuh sekitar tinggi 30 mm dan lebar 25 mm. Namun, sebagian besar individu dalam populasi hanya tumbuh kira-kira setengah ukuran maksimal. Lebar cangkang adalah 12-18 mm, dan tingginya adalah 14-24 mm. Cangkang Radix auricularia memiliki rasio panjang ke lebar lebih besar dari 0,75.
Tubuh berbintik-bintik putih kecil di bagian belakang kepala dan tentakel, tetapi tidak pada kaki. Mantelnya berpigmen dengan garis titik gelap sepanjang tepi nya, bintik-bintik tidak beraturan ditemukan juga di cangkang. Kaki ini terus terang memanjang, sekitar 18 × 11 mm. Kepalanya luas. Spesies ini juga memiliki tentakel yang besar, datar, berbentuk kipas dan lebih luas daripada yang tingginya. Darah mengandung hemocyanin biru. Denyut jantung lambat dan teratur : tiga puluh empat per menit. Hewan ini lambat dan hati-hati dalam bergerak.
Spesies ini ditemukan di danau air tawar, kolam, dan sungai yang berarus lambat dengan dasar lumpur. Dapat hidup pada batu atau vegetasi dalam arus lingkungan yang tinggi maupun rendah. Hewan ini ditemukan dalam lingkungan ber-pH 6,0-7,1 dengan suhu rata-rata 19 ° C.
Kambing yang sudah terinfeksi bisa diobati dengan menggunakan rafoxanide 7 – 5 mg/kg dan oxyclozanide 15 mg/kg dapat mengurangi jumlah telur 97 – 99 % (Kadhim & Jabbir, 1974). Rafoxanide 100 % effektif terhadap parasit dewasa ketika dikonsumsikan dengan dosis 2,5 – 5 mg/kg dan 10 mg/kg membunuh 87 % yang belum dewasa sekiar umur delapan minggu (Troncy & Vasseau-Martin, 1976). Brotianide 15 – 20 mg/kg dan niclofolan 4 – 6 mg/kg membunuh 90% lebih F. gigantica dewasa pada fase migrasi (Karrasch, 1975).
Levine, Norman D. 1990. buku pelajaran PARASITOLOGI VETERINER. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta
Chandler, Asa C. 1955. Introduction to PARASITOLOGI – 9thEdition –. Chapman & Hall, Ltd. : London
Soulsby, E. J. L. 1982. HELMINTHS, ARTHROPODS AND PROTOZOA OF DOMESTICATED ANIMAL – Seventh Edition –. The English Book Society and Bailliere Tindall : London
Sastry, N.S.R. & Thomas, C.K. 1976. FARM ANIMAL MANAGEMENT. Vikas Publishing Hause PVT LTD : India
Murtidjo, Bambang Agus. 1993. Kambing. Sebagai ternak potong dan perah. Penerbit Kanisius : Yogyakarta http://en.wikipedia.org/wiki/Radix_auricularia
Beberapa cacing yang sering menyerang hati dan pembuluh empedu hewan – hewan domestik adalah dari keluarga Fasciolidae, Dicrocoeliidae dan Opisthorchiidae. Spesies – spesiesnya antara lain F. hepatica, F. gigantica, Fascioloides magna. Cionella lubrica, Formica fusca, Metorchis conjunctus dan Amphimerus pseudofelineus.
BAB II
ISI
A. Fasciola gigantica
Penyebab penyakit cacing hati pada kambing terutama yang hidup di daerah tropis adalah dari spesies Fasciola gigantica. Fasciola gigantica hidup dalam pembuluh empedu sapi, kambing, domba dan mamalia lain diseluruh dunia, tetapi tampaknya tidak di Amerika Selatan. Ia menggantikan kedudukan F. hepatica di Timur jauh dan berkembang lebih baik di daerah tropis seperti Indonesia. Ia berbeda dengan F. hepatica karena ia lebih besar dengan panjang 25 - 75 mm dan lebar sampai 12 mm ( pada F. hepatica panjang 25 – 30 mm) dan tidak ada “bahu” yang menonjol seperti pada F. hepatica. Telurnya mirip dengan F. hepatica tetapi lebih besar, mencapai 200x105 mikron. Siklus hidupnya mirip dengan F. hepatica, siput genus Radix merupakan induk semang antara, dan metaserkaria terdapat pada tumbuh-tumbuhan. Tubuhnya lebih transparan, jumlah telur 156 – 197 dengan ukuran 90 – 104 µm.B. Siklus hidup Fasciola gigantica
Siklus hidup cacing F. gigantica adalah sebagai berikut. Telur masuk ke duodenum melewati saluran dan meninggalkan kambing dengan perantara tinja. Telur berkembang dengan baik pada suhu 26O C dan menetas dalam kurun waktu 17 hari. Mirasidium berenang sampai menjumpai siput spesies Radix auricularia yang menyukai pH sedikit asam. Mirasidium mati apabila tidak menjumpai siput dalam waktu kurang dari sehari. Pada suhu yang hangat seperti di Afrika Timur, dibutuhkan 75 hari untuk berkembang dalam tubuh siput, sedangkan pada suhu yang dingin sampai 175 hari.Mereka memasuki siput, melepaskan silia yang menyelubungi diri dan menjadi sporokist yang memanjang. Dinnik, 1964 menememukan bahwa satu sampai enam generasi pertama redia bisa berkembang dari satu sporokis F. gigantica pada suhu 26O C, sporokist tumbuh dan menjadi masak dalam waktu satu setengah minggu atau lebih, dan memproduksi redia generasi kedua. Redia mengeluarkan serkaria yang belum masak akan berkembang selama 13 hari atau lebih dalam tubuh siput dan kemudian keluar. Serkaria berenang di dalam air untuk waktu yang tidak lebih dari beberapa jam dan kemudian mengkista pada tumbuh-tumbuhan membentuk metaserkaria yang berwarna hampir hitam. Metaserkaria mengkista pada tumbuhan di bawah air seperti di lingkungan tanaman padi. Metaserkaria bisa bertahan sampai empat bulan pada tumbuhan dan demikian infeksi bisa terjadi dengan memakan jerami padi.
Cacing muda masuk tubuh kambing melewati saluran pencernaan, tetapi cacing muda ini berkesempatan masuk ke saluran sirkulasi dan bisa terdistribusika di lokasi yang salah. F. gigantica dewasa mencapai saluran empedu setelah migrasi di parenkim hati, sembilan sampai 12 minggu setelah infeksi. Telur mulai terproduksi sekitar tiga bulan sampai beberapa tahun. Kondisi saluran empedu pada waktu cacing hidup di dalamnya adalah sangat padat dan rapat, sering dengan dinding yang mengkapur dan fungsi normal hati sangat terpengaruhi.
C. Radix auricularia
Radix auricularia adalah jenis spesies dari genus Radix. Nama umumnya radix telinga besar, adalah spesies keong air tawar yang berukuran menengah, sebuah moluskagastropoda air dari keluargaLymnaeidae.Cangkang tipis, bulat disekeliling dan sangat menggembung, seperti lingkaran terakhir yang terdiri dari 90% volume tubuhnya. Cangkangnya membulat dengan puncak yang melebar dan sangat mencuram. Puncaknya pendek, mengkerucut, dan sangat kecil dibandingkan dengan lingkaran tubuh. Ada 4-5 lingkaran dengan jahitan yang dalam diantara. Lingkarannya cembung, menggembung, halus dan dengan cepat meningkat. Lingkaran tubuh besar dan menyebar. permukaan bersinar, garis-garis pertumbuhan halus dan bergelombang. Warna kulit berwarna kuning atau cokelat.
Cangkang dari spesies ini bisa tumbuh sekitar tinggi 30 mm dan lebar 25 mm. Namun, sebagian besar individu dalam populasi hanya tumbuh kira-kira setengah ukuran maksimal. Lebar cangkang adalah 12-18 mm, dan tingginya adalah 14-24 mm. Cangkang Radix auricularia memiliki rasio panjang ke lebar lebih besar dari 0,75.
Tubuh berbintik-bintik putih kecil di bagian belakang kepala dan tentakel, tetapi tidak pada kaki. Mantelnya berpigmen dengan garis titik gelap sepanjang tepi nya, bintik-bintik tidak beraturan ditemukan juga di cangkang. Kaki ini terus terang memanjang, sekitar 18 × 11 mm. Kepalanya luas. Spesies ini juga memiliki tentakel yang besar, datar, berbentuk kipas dan lebih luas daripada yang tingginya. Darah mengandung hemocyanin biru. Denyut jantung lambat dan teratur : tiga puluh empat per menit. Hewan ini lambat dan hati-hati dalam bergerak.
Spesies ini ditemukan di danau air tawar, kolam, dan sungai yang berarus lambat dengan dasar lumpur. Dapat hidup pada batu atau vegetasi dalam arus lingkungan yang tinggi maupun rendah. Hewan ini ditemukan dalam lingkungan ber-pH 6,0-7,1 dengan suhu rata-rata 19 ° C.
D. Penanggulangan cacing Fasciola gigantica
Siklus hidup cacing F. gigantica sangat tergantung pada induk semangnya, yaitu siput. Untuk memberantas cacing ini tidak selalu harus membunuh induk semangnya supaya cacing ini tidak bisa hidup, walaupun cara ini memang efektif tetapi sebuah ekosistem bisa rusak, karena masih ada hewan yang membutuhkan makanan dari siput. Infeksi bisa dihindari dengan menggembalakan kambing pada tanah yang lebih luas dan menghindari danau, rawa, sungai dan beberapa tempat berair lainnya. Cacing ini menyerang kambing pada semua usia dan dalam pencegahan hendaknya kambing dihindari pemberian makanan kasar atau hijauan pakan yang terkontaminasi siput dan diusahakan agar hijauan pakan sebelum diberikan pada ternak kambing dicuci lebih dahulu.Kambing yang sudah terinfeksi bisa diobati dengan menggunakan rafoxanide 7 – 5 mg/kg dan oxyclozanide 15 mg/kg dapat mengurangi jumlah telur 97 – 99 % (Kadhim & Jabbir, 1974). Rafoxanide 100 % effektif terhadap parasit dewasa ketika dikonsumsikan dengan dosis 2,5 – 5 mg/kg dan 10 mg/kg membunuh 87 % yang belum dewasa sekiar umur delapan minggu (Troncy & Vasseau-Martin, 1976). Brotianide 15 – 20 mg/kg dan niclofolan 4 – 6 mg/kg membunuh 90% lebih F. gigantica dewasa pada fase migrasi (Karrasch, 1975).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Memberantas cacing hati pada kambing tidak harus dengan memberantas siput. Karena infeksi bisa dihindari dan walaupun sudah terinfeksi masih ada obat – obatan yang tersediaDAFTAR PUSTAKA
Levine, Norman D. 1990. buku pelajaran PARASITOLOGI VETERINER. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta
Chandler, Asa C. 1955. Introduction to PARASITOLOGI – 9thEdition –. Chapman & Hall, Ltd. : London
Soulsby, E. J. L. 1982. HELMINTHS, ARTHROPODS AND PROTOZOA OF DOMESTICATED ANIMAL – Seventh Edition –. The English Book Society and Bailliere Tindall : London
Sastry, N.S.R. & Thomas, C.K. 1976. FARM ANIMAL MANAGEMENT. Vikas Publishing Hause PVT LTD : India
Murtidjo, Bambang Agus. 1993. Kambing. Sebagai ternak potong dan perah. Penerbit Kanisius : Yogyakarta http://en.wikipedia.org/wiki/Radix_auricularia